Kata Tak Bermakna
Sampai lorong inipun aku tetap terdiam
Sakit hatiku bersuara pusara,redup !
Aku menggigil menemukan pecahan kata kata
Dari kalimat rubuh bersambut kutukan berwujud
Aku tersungkur menunduk,lelah
Dari bait bait terlantar menyakitkan
Nyaris membelah bilah bilah mata hati
Tak kutemukan doa doa bestari melumuri
Hanya tinggalan sampah tercecer menjelma kalimat suci
Tunggu ... aku belum selesai menyesal
Masih banyak kutukan mengganjal meminta tumbal
Sampai jelaga merubah legit legit bayang haru
Dan aku mampu mulai berpijak dari kemarin
Memberi nama dan memagar rumah santunku
Sengaja kata tak bermakna ini kutulis
Karena tentang katamu aku kehilangan
Karena kutukan itu telah berwujud wisma keangkuhan
Dan bilik sampingnya adalah kepalsuan
Sungguh benar benar aku tak memahami kalimatmu
Sekarang, tempatku di wisma kutukan
Dan namaku adalah salah satu dari kalimat mantera
Duhai engkau ...
Siapa namamu ? dimana rumahmu ?
Sakit hatiku bersuara pusara,redup !
Aku menggigil menemukan pecahan kata kata
Dari kalimat rubuh bersambut kutukan berwujud
Aku tersungkur menunduk,lelah
Dari bait bait terlantar menyakitkan
Nyaris membelah bilah bilah mata hati
Tak kutemukan doa doa bestari melumuri
Hanya tinggalan sampah tercecer menjelma kalimat suci
Tunggu ... aku belum selesai menyesal
Masih banyak kutukan mengganjal meminta tumbal
Sampai jelaga merubah legit legit bayang haru
Dan aku mampu mulai berpijak dari kemarin
Memberi nama dan memagar rumah santunku
Sengaja kata tak bermakna ini kutulis
Karena tentang katamu aku kehilangan
Karena kutukan itu telah berwujud wisma keangkuhan
Dan bilik sampingnya adalah kepalsuan
Sungguh benar benar aku tak memahami kalimatmu
Sekarang, tempatku di wisma kutukan
Dan namaku adalah salah satu dari kalimat mantera
Duhai engkau ...
Siapa namamu ? dimana rumahmu ?