Get Image Rollover Effects at crazyprofile.com

Wednesday, January 16, 2008

Ilalang Daun

Wajahnya menunduk bisu,matanya lesu penuh karat
Membeku langkah doa ditikam hasrat
Sadar sadar sadar
Belum tepat untuk meninggalkan sunyi

Ilalang daun menatap sembari bergumam
Anyelir taman sebelah itu haram atau belum halal bagiku ?
Halal ?
Haram !

Disana seikat wangi mengutuk laknat
Ruhni pertaruhan cinta
Munajat munajat munajat
Ridho lillahi ta'ala
Faghfirli ...

Wednesday, December 19, 2007

Malam

Sebutanya Ri.Dia selalu bercerita tentang kakaknya yang selalu menyayanginya.juga ayah dan ibu serta keluarga lainya.Saat pagi datang dengan sentuhanya kakaknya pernah berkata dan dia menyimpan kata kata itu sebagai prinsip hidupnya."Bila dewasa telah menjemputmu,dan hidup telah kau mengerti,akan kukenakan baju Setelan yang khusus kubelikan untukmu serta parfum kesukaanmu,dan saat itu akan kurangkul kau menuju Dupan menemui cinta" lirih ucapnya sembari membendung air mata dengan seutas senyum yang tak pernah lekang selalu mengembang di bibirnya.
Masih terpahat jelas ingatan Ri.tentang kakaknya yang selalu tenang dan tersenyum dalam menjalani hidupnya,bekerja dan bahkan saat masalah menghinggapinya.Ri tak pernah melewatkan menemani sang kakak saat mengrajin genteng.tangan kakaknya begitu lihai mengolah tanah liat hingga ketika sang surya begitu menyengat dan malam mengusir mentari,tak jarang Ri terlelap disandaran kayu di samping kakaknya bekerja,tak pernah Ri mengajak bicara ketika sang kakak terbuai dengan kecekatanya,ia hanya menunggu waktu sambil terus mengamati.
Pernah Ri bertanya,kenapa kakak selalu tenang dalam melakukan suatu hal ? dengan ramah kakaknya menjawab sembari mengeluskan tangan kananya kerambut Ri,karena dengan tenang kita bisa menyelesaikan semuanya,Ri membalas senyumanya dan tak bertanya lagi meskipun dia tak begitu mengerti dengan apa yang diucapkan kakaknya.
Anehnya,Ri menjadi penyuka malam,setiap malam menjelma Ri selalu keluar menatap langit mengumpulkan awan dan gugusan gugusan bintang dan di bentuknya menyerupai wajah sang kakak,karena dengan begitu ia merasa tenang,dan dekat dengan kakak,damai,tanpa kebisingan dan lalu lalang ,ia berharap negeri Pancaroba yang ia tinggali sekarang hanya menghadirkan malam.
Negeri pagi nan damai,di tanah kesuburan ginseng inilah kuhabiskan hariku sekarang,gedung gedung beton berjejeran tertata rapi menghuni kota tua yang kutinggali,penduduk yang berprinsip " Waktu adalah kerja ",kesibukan aktifitas,dan ramai orang bekerja dikala pagi terjemput siang,kendati aku bukan bagian dari mereka,ketika mereka lelah dari pangkuan keringat dan lelap di buai kemanjaan dewi malam,kini aku menggantikan tugas mereka tertimbun diantara hangatnya malam,larut dengan pekerjaanku yang menetapkan panggilanku sebagai "Nokturno" atau Anak Malam,hingga suluh waktu tak mau menunggu untuk menuntaskan tanggung jawabku,dan begitu mentari benderang aku tergolek di peraduan tergulung selimut.
Kali ini tanpa sisa sisa tanah liat dan kecekatan tangan kakak,hanya aku sendiri di kebisingan mata dan telinga,namun tak pernah aku menyesali karena rincian jawaban masa kecilku telah terjawab sempurna.
Seperti kakaknya.ia selalu ingin tenang dalam melakukan segala pekerjaanya.Dia yakin kakaknya pasti mendengar setiap cerita yang ia suguhkan bersama malam yang ia cinta dan menyejukkan hati seorang yang disebut disayanginya."Aku ingin cepat dewasa,aku ingin cepat pulang, karena aku ingin kau kenakan setelan yang khusus dan parfum kesukaanku yang kau belikan hanya untukku,aku yakin kau telah menunggu nunggu untuk merangkulku menuju Dupan menemui cinta,aku tak pernah bisa sepertimu,mengganti senyum dan penantianmu,memberimu seperti apa yang telah kau berikan untukku karena aku memang tak memilikinya,mungkin akan ku kubelikan arloji, sebagai suluh waktu untuk mengingatkan petuah dan nasehatmu,bahwa aku ingin sepertimu,bahwa aku pernah tenang dan tersenyum dalam memenangkan hidup dan mengartikan pekerjaanku.
Malam ini aku akan terus bercerita tentang hidup milikku,karena aku mencintaimu.
Hingga fajar tiba dan lindapan selimut menggulungku.

Regard :Ann n Din

Saturday, November 24, 2007

Aneh

Seperti ada dari suatu arah
Kadang hadir tapi enggan berhenti
Tak juga berarti bila aku hanya berdiri
Biarkan...

Persis empat tahun lalu
Menyapa hanya memberi keanehan
Tapi aku tak menyesal
Aneh ...

Dan aku begitu angkuh
Dengan masih tak mau memberi ruang
Atau malah tak berkisi dengan jelaga lagi
Kunikmati...

Tak akan kuucap entah
Kendati berubah dan mereka berkata sudah
Dengarkanlah ...

Biarkan aku menikmati keanehan !

Friday, November 23, 2007

Siapa

Tidak mengerti apa itu lembayung
Atau tengadah untuk munajatku
Tapi ini memang tak kukehendaki
Terucap tanpa harus memikat atau sudah

Masih jauh dari sadar
Aku belum dan tidak mengerti
Ini adalah awal atau akhir

Jalan masih lurus menurutku
Mungkin lain kali aku berhenti untuk bertanya
Siapa ... ?

Wednesday, April 11, 2007

Kau teduhkan wajah di linang air mata
Hening mengikat sesal tatapanmu
Goyahkan perasaan redup redam batinku

Sampai beberapa lama aku terpaku haru
Diam,kelu bibirku hanyut di isak tangismu
Sungguh kuingin menghapus embun di pipimu
Namun demi Tuhan !Ku tak mau melukai lembut kulitmu dengan kapal tanganku
Dan meneduhkanmu kembali di cinta pagi
Bagai lelap bayi di kandung bunda

Aku tak mampu menghapus berbutir butir air matamu
Karena aku yakin kau mengerti dengan diamku
Dan bukan berarti bicara adalah kuburan berpenghuni sejarah kebencian
Serta diam adalah adiluhung atau sampah perasaan

Mengertilah ini tentang bijak hatiku
Memandu repihan pugaran hati
Sekiranya nanti patut aku memberimu jawaban
Dari bingkai wajah purba yang selalu kukagumi

Sampai jiwaku sepi aku tak pernah membayangkan
Untuk tega meninggalkanmu bermain mimpi
Kendati sadarlah saat ini ...
Nafas kita bak guguran kembang mimpi masa kecil
Hanya kita dapat sesaat di pangkuan dongeng ayah

Memoirs of Khitoh 99/05

Monday, March 05, 2007

Kata Tak Bermakna

Sampai lorong inipun aku tetap terdiam
Sakit hatiku bersuara pusara,redup !
Aku menggigil menemukan pecahan kata kata
Dari kalimat rubuh bersambut kutukan berwujud
Aku tersungkur menunduk,lelah

Dari bait bait terlantar menyakitkan
Nyaris membelah bilah bilah mata hati
Tak kutemukan doa doa bestari melumuri
Hanya tinggalan sampah tercecer menjelma kalimat suci

Tunggu ... aku belum selesai menyesal
Masih banyak kutukan mengganjal meminta tumbal
Sampai jelaga merubah legit legit bayang haru
Dan aku mampu mulai berpijak dari kemarin
Memberi nama dan memagar rumah santunku

Sengaja kata tak bermakna ini kutulis
Karena tentang katamu aku kehilangan
Karena kutukan itu telah berwujud wisma keangkuhan
Dan bilik sampingnya adalah kepalsuan
Sungguh benar benar aku tak memahami kalimatmu

Sekarang, tempatku di wisma kutukan
Dan namaku adalah salah satu dari kalimat mantera
Duhai engkau ...
Siapa namamu ? dimana rumahmu ?

Sunday, February 04, 2007

Rhyme

Bukan bubur merah di hari neptu orang jawa
Seperti kata " Ayat Ayat Cinta " Habiburrahman El Shirazy
Bukan perjamuan makan malam
Di kata " Sang Kekasih " Kahlil Gibran
Bukan serbuk mawar dalam panah anyelir
Tertulis " Soneta " Pablo Neruda
Bukan, itu tak cukup ...

Sebingkis apakah jalan kemarin ?
Pernah tapak langkah dan jejak ayun surut terhenti
Senyum teriris duka,bahagia enggan berpihak
Di hati terwarnai rindu dan dendam
Sebagai peta peta perjalanan panjang kehidupan

Ranum apakah sekarang ?
Sebungkus manis cinta sekuntum asa
Rela merekah,menjuntai setangkai jati diri
Memaknai bahwa kehidupan belumlah sempurna
Masih banyak terlupakan

Dan...
Kini kau di dunia kedua
Umur dan usiamu silang menyilang hari
Berlarilah mencari ... wadah naungan cinta
Dekapan hangat asa dan lembut tutur dewasa
Kemarin adalah peta dan seterusnya adalah emas
Petai jalan merajang hidup kemarin
Karena Tuhan memberikan permata di besuk mu

Menjadilah wangi hidup sesungguhnya kedewasaan
Ditanganmu pahatan takdir kau ciptakan
Kemana melangkah,kemana munajat
Karena hidup telah sujud kepadamu
Do'a do'aku berharap mampu baluri tubuhmu
Atas nama cinta ...
Selamat Ulang Tahun Kekasih
My Photo
Name:
Location: Seoul, South korea, Indonesia
Get graphics at Nackvision.com